Oleh Iskandar
A.
Kesimpulan Pemikiran Ki Hajar Hajar Dewantara
Tentang Pendidikan
Jika kita berbicara tentang pendidikan, sosok Soeardi
Soeryaningrat atau dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang
tidak bisa kita lepaskan. Melalui perjuangannya mengangkat harkat dan martaba
rakyat Indonesia melalui pendidikan yang dimulai didirikannya taman siswa
menjadi tonggak awal sejarah pendidik Indonesia. Pemikira-pemikiran beliaulah
yang menjadi acuan para pelaksana pendidikan dalam menjalankan sistem
pendidikan di negara kita.
Menurut KHD Pendidikan (opvoeding) diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya
anak-anak’. Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak kita. Hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan
atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan
benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Pendidik
hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatankekuatan itu agar dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.
Uraian ini diibaratkan seorang petani. Petani yang
menanam benih hanya dapat menuntun tumbuhnya benih menjadi tumbuhan yang baik
dan subur, mengolah tempat tumbuhnya agar baik, mengontrol air, memberi pupuk,
memelihara dari hama. Meskipun kita
dapat memelihara dan menjaga tumbuhnya padi, akan tetapi kita tidak dapat
mengubah kodrat pada menjadi tanaman lain. Demikianlah pendidikan itu, hanya
dapat menuntun tumbuh menurut kodratnya akan tetapi faedahnya akan tumbuhnya
anak-anak sangatlah besar. Melalui pendidikan, diharapkan pendidik dapat
menuntun laku anak didik agar tumbuh menjadi anak yang memiliki budi dan
pekerti sesuai yang diharapkan.
Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa
dalam menuntun kodrat anak harus disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman. Kodrat alam adalah kondisi lingkungan di mana anak didik itu berada baik
kultur atau budaya maupun kondisi geografisnya. Kodrat zaman adalah kondisi
zaman yang dihadapi oleh anak didik. Dalam menuntun, haruslah menyesuaikan
dengan keadaan zaman anak didik. Saat ini, dituntut penguasaan kemampuan dan
keterampilan abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia yang sesungguhnya.
Dalam hal ini, KHD mengingatkan bahwa mengingatkan bahwa pengaruh dari luar bisa
menjadi sumber ilmu pengetahuan akan tetapi harus disaring agar tidak
bertentangan dengan kearifan lokal budaya Indonesia. KHD menegaskan bahwa
didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya
sendiri.
Dasar pendidikan selanjutnya menurut KHD adalah budi
pekerti. Budi pekerti adalah perpaduan harmonis antara pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Hal
ini menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pendidikan. Orang yang mempunyai budi pekerti yang baik akan senantiasa
memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan, dan dasar-dasar yang
pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap
manusia sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan yang
lainnya.
Selanjutnya yang menjadi bagian penting dalam
pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan dengan sistem among. Pendidikan
dengan bentuk pembelajaran yang memerdekakan, penuh cinta kasih, dan
menyenangkan. Perwujudan dari sistem ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan
dengan menyenangkan atau bermain sambil belajar. Dalam hal ini, pendidik harus
memahami bahwa bermain adalah salah satu kodrat anak. Pembelajran terintegrasi
dalam permainan dalam upaya menumbuhkembangkan karakter positif atau budi pekerti yang luhur.
Berdasarkan cara berlakunya sistem among dirumuskan
dalam semboyan Tut Wuri Handayani. Dalam hal ini, orientasi pendidikan berpihak
pada siswa atau dalam terminologi saat ini disebut student centered. Dalam hal ini, KHD mengistilahkan dengan
pendidikan yang menghamba kepada anak. Pendidik melakukan tugas dengan ikhlas
dan niat tulus untuk mengantarkan anak-anak mencapai kebahagiaan
setinggi-tingginya.
B.
Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran KHD tentang pendidikan memberikan banyak
pengetahuan baru. Pendidikan dijalankan selama ini belum sepenuhnya mencerminkan
pendidikan yang sejalan dengan Bapak
pendidikan nasional dengan semboyan yang berbunyi Ing ngarso sung tulodo, Ing
madya mangun karso, Tut wuri handayani. Pembelajaran yang saya lakukan selama
ini lebih pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru sebagai sumber
informasi yang dominan dan seorang guru harus melakukan transfer ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya. Pembelajaran dilakukan sebagai upaya memenuhi
tuntutan kurikulum. Pembelajaran yang dilakukan lebih berorientasi pada
pencapaian hasil ujian tanpa memperhatikan proses yang dilalui. Pembinaan
karakter tidak menjadi prioritas dan keberhasilan pendidikan diukur dari
tingginya angka-angka yang diperoleh setelah mengikuti ujian.
Setelah mempelajari Pemikiran dan pandangan KHD
tentang pendidikan yang terdapat pada modul 1.1, saya merasa tercerahkan dari
pemahaman yang selama ini saya yakini. Dari pemikiran KHD saya memahami bahwa
tugas seorang guru adalah menuntun laku anak sesuai dengan kodrat yang
dimilikinya. Anak didik adalah manusia yang mempunyai kodratnya sendiri dan
juga kebebasan dalam menuntukan hidupnya. Dalam pembelajaran yang dilakukan
tidak mengekang kebebasan anak didik melainkan memberikan kebebasan kepada anak
didik dalam mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dan membiarkan anak
belajar dari pengalaman yang pernah dialaminya. Pemahaman saya yang mengangap
bahwa tugas utama pendidik adalah mengupayakan anak didik sebagai objek yang
harus menguasai materi pelajaran dengan cara apa pun bahkan terkadang melakukan
tindakan yang malah memaksakan anak didik untuk menghafal materi-materi sesuai
tuntutan kurikulum.
Dari pemikiran KHD, saya menyadari bahwa pembelajaran
yang baik bukan sebatas pembelajaran dalam kelas dengan transfer materi dari
guru kepada anak didik. Pembelajaran bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja
sesuai dengan kebutuhan anak didik. Pembelajaran harus berpusat pada anak
sesuai dengan kodrat yang dimiliknya dan sesuai dengan zaman yang dialaminya.
Dari gambaran tersebut, beberapa hal yang dapat
diterapkan di dalam kelas yang mencerminkan pemikiran KHD. Pembelajaran yang
mencerminkan kemerdekaan dalam belajar yang bermuara pada lahirnya profil
pelajar pancasila. Beberapa hal yang dimaksud berupa pembiasaan dan
pembelajaran. Pembiasaan penumbuhan budi pekerti melalui aksi nyata 4S (salam,
sapa, senyum, dan santun). Membiasakan anak didik melaksanakan salat berjamaah,
menjadwalkan petugas kebersihan musalah, pembawa kultum, dan petugas azan di
waktu salat.
Dalam pembelajaran, yang diterapkan adalah menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan. Merancang pembelajaran yang dapat
dilaksanakan di luar kelas sehingga suasana belajar lebih santai dan
menyenangkan. Dengan demikian, pembelajaran tidak lagi sebatas di ruang kelas,
melainkan pembelajaran dilaksanakan kapan pun dan dimanapun. Membangun
pemahaman bahwa kemajuan zaman tidak dapat dielakkan namun nilai-nilai luhur
harus tetap tertanam dalam jiwa generasi penerus bangsa namun pada sisi yang
lain generasi kita juga mampu mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman.