Rabu, 28 April 2021

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 Oleh Iskandar

A.      Kesimpulan Pemikiran Ki Hajar Hajar Dewantara Tentang Pendidikan

Jika kita berbicara tentang pendidikan, sosok Soeardi Soeryaningrat atau dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang tidak bisa kita lepaskan. Melalui perjuangannya mengangkat harkat dan martaba rakyat Indonesia melalui pendidikan yang dimulai didirikannya taman siswa menjadi tonggak awal sejarah pendidik Indonesia. Pemikira-pemikiran beliaulah yang menjadi acuan para pelaksana pendidikan dalam menjalankan sistem pendidikan di negara kita.

Menurut KHD Pendidikan (opvoeding) diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’. Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatankekuatan itu agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.

Uraian ini diibaratkan seorang petani. Petani yang menanam benih hanya dapat menuntun tumbuhnya benih menjadi tumbuhan yang baik dan subur, mengolah tempat tumbuhnya agar baik, mengontrol air, memberi pupuk, memelihara  dari hama. Meskipun kita dapat memelihara dan menjaga tumbuhnya padi, akan tetapi kita tidak dapat mengubah kodrat pada menjadi tanaman lain. Demikianlah pendidikan itu, hanya dapat menuntun tumbuh menurut kodratnya akan tetapi faedahnya akan tumbuhnya anak-anak sangatlah besar. Melalui pendidikan, diharapkan pendidik dapat menuntun laku anak didik agar tumbuh menjadi anak yang memiliki budi dan pekerti sesuai yang diharapkan. 

Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa dalam menuntun kodrat anak harus disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah kondisi lingkungan di mana anak didik itu berada baik kultur atau budaya maupun kondisi geografisnya. Kodrat zaman adalah kondisi zaman yang dihadapi oleh anak didik. Dalam menuntun, haruslah menyesuaikan dengan keadaan zaman anak didik. Saat ini, dituntut penguasaan kemampuan dan keterampilan abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia yang sesungguhnya. Dalam hal ini, KHD mengingatkan bahwa mengingatkan bahwa pengaruh dari luar bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan akan tetapi harus disaring agar tidak bertentangan dengan kearifan lokal budaya Indonesia. KHD menegaskan bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

Dasar pendidikan selanjutnya menurut KHD adalah budi pekerti. Budi pekerti adalah perpaduan harmonis antara pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Hal ini menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan. Orang yang mempunyai budi pekerti yang baik akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan, dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan yang lainnya.

Selanjutnya yang menjadi bagian penting dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan dengan sistem among. Pendidikan dengan bentuk pembelajaran yang memerdekakan, penuh cinta kasih, dan menyenangkan. Perwujudan dari sistem ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyenangkan atau bermain sambil belajar. Dalam hal ini, pendidik harus memahami bahwa bermain adalah salah satu kodrat anak. Pembelajran terintegrasi dalam permainan dalam upaya menumbuhkembangkan  karakter positif atau budi pekerti yang luhur.

Berdasarkan cara berlakunya sistem among dirumuskan dalam semboyan Tut Wuri Handayani. Dalam hal ini, orientasi pendidikan berpihak pada siswa atau dalam terminologi saat ini disebut student centered. Dalam hal ini, KHD mengistilahkan dengan pendidikan yang menghamba kepada anak. Pendidik melakukan tugas dengan ikhlas dan niat tulus untuk mengantarkan anak-anak mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya.

 

B.      Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Pemikiran KHD tentang pendidikan memberikan banyak pengetahuan baru. Pendidikan dijalankan selama ini belum sepenuhnya mencerminkan pendidikan yang  sejalan dengan Bapak pendidikan nasional dengan semboyan yang berbunyi Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani. Pembelajaran yang saya lakukan selama ini lebih pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru sebagai sumber informasi yang dominan dan seorang guru harus melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Pembelajaran dilakukan sebagai upaya memenuhi tuntutan kurikulum. Pembelajaran yang dilakukan lebih berorientasi pada pencapaian hasil ujian tanpa memperhatikan proses yang dilalui. Pembinaan karakter tidak menjadi prioritas dan keberhasilan pendidikan diukur dari tingginya angka-angka yang diperoleh setelah mengikuti ujian.

Setelah mempelajari Pemikiran dan pandangan KHD tentang pendidikan yang terdapat pada modul 1.1, saya merasa tercerahkan dari pemahaman yang selama ini saya yakini. Dari pemikiran KHD saya memahami bahwa tugas seorang guru adalah menuntun laku anak sesuai dengan kodrat yang dimilikinya. Anak didik adalah manusia yang mempunyai kodratnya sendiri dan juga kebebasan dalam menuntukan hidupnya. Dalam pembelajaran yang dilakukan tidak mengekang kebebasan anak didik melainkan memberikan kebebasan kepada anak didik dalam mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dan membiarkan anak belajar dari pengalaman yang pernah dialaminya. Pemahaman saya yang mengangap bahwa tugas utama pendidik adalah mengupayakan anak didik sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran dengan cara apa pun bahkan terkadang melakukan tindakan yang malah memaksakan anak didik untuk menghafal materi-materi sesuai tuntutan kurikulum.

Dari pemikiran KHD, saya menyadari bahwa pembelajaran yang baik bukan sebatas pembelajaran dalam kelas dengan transfer materi dari guru kepada anak didik. Pembelajaran bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan kebutuhan anak didik. Pembelajaran harus berpusat pada anak sesuai dengan kodrat yang dimiliknya dan sesuai dengan zaman yang dialaminya.

Dari gambaran tersebut, beberapa hal yang dapat diterapkan di dalam kelas yang mencerminkan pemikiran KHD. Pembelajaran yang mencerminkan kemerdekaan dalam belajar yang bermuara pada lahirnya profil pelajar pancasila. Beberapa hal yang dimaksud berupa pembiasaan dan pembelajaran. Pembiasaan penumbuhan budi pekerti melalui aksi nyata 4S (salam, sapa, senyum, dan santun). Membiasakan anak didik melaksanakan salat berjamaah, menjadwalkan petugas kebersihan musalah, pembawa kultum, dan petugas azan di waktu salat.

Dalam pembelajaran, yang diterapkan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Merancang pembelajaran yang dapat dilaksanakan di luar kelas sehingga suasana belajar lebih santai dan menyenangkan. Dengan demikian, pembelajaran tidak lagi sebatas di ruang kelas, melainkan pembelajaran dilaksanakan kapan pun dan dimanapun. Membangun pemahaman bahwa kemajuan zaman tidak dapat dielakkan namun nilai-nilai luhur harus tetap tertanam dalam jiwa generasi penerus bangsa namun pada sisi yang lain generasi kita juga mampu mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman.

 

Pendidikan