Senin, 18 Oktober 2021

PGP-2-Kabupaten Jeneponto - Iskandar, S.Pd.-Aksi Nyata Paket Modul 3.3 Program yang Berdapak pada Murid

A.    Rancangan Aksi Nyata 

Program Baca Tokoh Idola (Bacokola) Membangun Budaya Literasi Sejak Dini

1.     Tujuan Program:

Program ini bertujuan membangun  kesadaran, motivasi, dan budaya literasi siswa sejak dini melalui membaca biografi tokoh idola.

  1. tahapan 5 D/BAGJA

a)    Buat Pertanyaan; Bagaimanakah cara menumbuhkan budaya literasi dengan menggunakan program BacokoLa.

b)    Ambil Pelajaran; siswa yang mampu membangun motivasi dan kesadaran literasi sebagai budaya belajar akan merasakan pentingnya membaca, memperluas wawasan, dan mengikuti perkembangan.

c)    Gali Mimpi
murid memanfatkan waktu disela pembelajaran untuk membaca biografi tokoh idola, agar terbangun motivasi, mengambil pelajaran dan keteladanan dari tokoh serta kesadaran pentingnya literasi.

d)    Jabarkan Rencana; murid membaca biografi tokoh selama 5 – 10 menit dalam sepekan melalui mading yang telah disiapkan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Setiap guru akan melakukan evaluasi hasil literasi pada setiap awal pembelajaran dengan meminta murid menyampaikan hal yang diketahui dari tokoh yang ditampilkan pekan tersebut.

e)    Atur Eksekusi; Pembina dalam kegaiatan ini adlah Kepala Sekolah dan wakil kepala sekolah. Penanggung jawab adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia, tim kolaborasi dan evaluasi adalah semua guru mapel. Biografi tokoh akan di tempel di dinding mading pada setiap hari senin dan evaluasi dilakukan oleh guru setiap hari selasa sampai dengan kamis. Hari Jumat dan Sabtu diskusi hasil evaluasi dengan rekan-rekan guru selanjutnya penentuan tokoh untuk pekan berikutnya.

  1. rencana Monitoring, Evaluasi, Pembelajaran, dan Pelaporan (Monitoring, Evaluation, Learning, and Reporting)

a.     Pertanyaan Kunci

Pertanyaan Kunci

 

1.     Sejauh apa program berjalan sesuai dengan tujuan program?

2.     Seperti apa hambatan yang ditemui dalam menjalankan program Bacokola?


B. Fokus Monitoring

Fokus Monitoring

Pertimbangan Pemilihan

Pertanyaan Utama Monitoring

Bagaimanakan jalannya program Bacokola dalam upaya meningkatakan kesadaran literasi dan motivasi murid?

Agar kegiatan program dapat berjalan dengan baik. Guru akan mengarahkan siswa di sela jam pembelajaran agar berkunjung ke mading sekolah.

Bagaimana respon siswa dalam mengikuti program Bacokola tersebut?

 

C. Metode Penggalian Data

Pertanyaan Monitoring

Sumber Informasi

Metode

Kapan/Bagaimana

Bagaimana respon murid saat diarahkan untuk berkunjung ke mading sekolah.

Guru dan murid

 

Melalui observasi langsung dan wawancara

Proses pelaksanaan program

D. Strategi Pengolahan Data

Pertanyaan Monitoring

Data yang terkumpul

Kesimpulan

Catatan

Khusus

Bagaimanakah pembagian peran guru dalam melakukan monitoring dan evaluasi?

Guru melakukan monitoring dan evaluasi dengan baik. Hanya saja belum semua guru terlibat aktif dalam program.

Kegiatan Bacakola berjalan dengan baik, membangun motivasi murid, dan perlu diefektikan lagi.

-        

e. Pembelajaran Program

Faktor-faktor pendukung pelaksanaan program

Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Program

 

Pembelajaran

Kolaborasi guru dalam monitoring dan evaluasi

Masih ada guru yang tidak terlibat aktif dalam program.

Masih ada siswa yang tidak peduli dengan program meskipun telah diarahkan untuk melakukan literasi

 

Refleksi:

Mengomunikasikan kepada kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan tertinggi di sekolah dalam mengarahkanguru mendukung program.

Disediakan bahan bacaan tokoh pada beberapa titik agar tidak berdesak-desakan dan ditempel tidak hanya pada mading saja.

  1. Pelibatan orang tua dan komunitas

Orang tua dan komunitas memiliki keterlibatan dalam membimbing dan mengarahkan anak dalam upaya membangun budaya literasi. Bentuk pelibatan orang tua dalam program adalah dengan mengirimkan bahan literasi kepada orang tua sekali sepekan melalui Whatsapp Grup. Pelibatan Komunitas melalui diskusi dengan anggota komunitas tentang tokoh-tokoh yang digemari siswa di tingkat SMP.

  1. Durasi program yang berkisar selama 1 bulan.

Sebagai langkah awal selama sebulan akan disiapkan empat tokoh idola sebagai bahan literasi dan akan ditempel pada beberapa titik di lingkungan sekolah. Selanjutnya, program ini akan dilaksanakan secara terus menerus dan dilanjutkan dengan jenis bacaan lain yang menarik dan momotivasi murid dalam membaca.

 


Minggu, 10 Oktober 2021

Koneksi Antarmateri

A.    Sintesis Antarmateri

 

Sekolah merupakan tempat terjadinya interaksi antarwarga sekolah (unsur hidup) dan menjadikan unsur-unsur pendukung (unsur yang tidak hidup) sebagai bagian dari interaksi tersebut sehingga sekolah disebut sebagai sebuah ekosistem. Secara definisi eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.

Sekolah adalah sebuah ekosistem pendidikan yang melibatkan interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah keuangan dan sarana dan prasarana.

Kedua unsur ini saling mempengaruhi satu sama lain sehingga jalannya komunitas menjadi harmonis dan seimbang yang tentunya akan berimplikasi pada jalannya proses pembelajaran yang baik pula. Untuk mencapai hal tersebut, keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat bergantung bagaimana unsur ekosistem membangun dan merangsang kreativitas ekosistemnya untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan yang ingin dicapai sebagaimana yang telah tertuang dalam visi dan misi sekolah tersebut.

Dalam ekosistem sekolah faktor-faktor biotik ini akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Ibarat siklus dalam rantai makanan, ia akan saling mempengaruhi dan membutuhkan satu sama lainnya sehingga terciptalah keselarasan dan keharmonisan yang diharapkan.

            Sekolah sebagai sebuah ekosistem pendidikan tentunya membutuhkan pengelolaan yang baik agar dapat berjalan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah sesuai yang diharapkan. Dalam pengelolaan sumber daya sekolah, dikenal dua pendekatan. 1) Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking). Pendekatan ini memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita tidak dapat melihat potensi dan peluang yang ada di sekitar kita. 2) Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep tentang cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Sekaitan dengan pendekatan berbasis aset, Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset  berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.  Selama ini, sekolah sebagai sebuah komunitas lebih sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan yang digunakan belum menggunakan pendekatan PKBA. Secara konsep, pendekatan ini merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.

Green dan Haines dalam Asset Building and Community Deevelopment memetakan tujuh modal atau aset utama dalam pendekatan berbasis aset. Ketujuh modal utama tersebut adalah: (1) Modal Manusia yang berupa potensi manusis yang memiliki sumberdaya dan potensi lebih(2) Modal Sosial berupa lingkungan masyarakat yang mendukung komunitas (3) Modal Fisik yang meliputi bangunan dan infrastruktur (sarana dan prasarana); (4) Modal Lingkungan/Alam yaitu potensi alam yang dimiliki; (5) Modal Finansial merupakan dukungan keuangan atau pembiayaan kegiatan komunitas; (6) Modal Politik berupa dukungan lembaga pemerintah dengan komunitas; dan (7) Modal Agama dan Budaya yang ada dilingkungan komunitas (sekolah).

Dalam kaitannya dengan sekolah sebagai sebuah komunitas atau ekosistem, pengelolaan tujuh modal tersebut akan mendukung tercapainya tujuan sekolah termasuk proses belajar yang lebih kondusif, nyaman, dan tentunya berpihak pada murid. Proses identifikasi dan pemetaan modal yang merupakan aset dan kekuatan sekolah dan  memanfaatkan modal yang ada sebagai kekuatan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan kompetensi warga sekolah. Proses ini akan mengarahkan warga sekolah untuk berfokus pada aset atau kekuatan yang dimiliki dengan mengabaikan hal-hal yang menjadi kekurangan dalam upaya mewujudkan tercapainya tujuan sekolah.

Pengelolaan sumber daya atau aset sekolah akan berjalan dengan baik jika ditunjang dengan dukungan seluruh warga sekolah. Dalam pengelolaan aset kita telah mengenal paradigma inkuiri apresiatif yang juga berfokus pada pengelolaan berbasis aset dengan menerapkan BAGJA. BAGJA adalah langkah atau tahapan dalam pengelolaan sekolah dengan berbasis aset yang dimiliki. Tahapan ini akan berjalan dengan baik jika guru sebagai pemimpin pembelajaran menjalankan peran dan menerapkan nilai-nilai sebagai guru penggerak yang dimilikinya. Dengan ditunjang dengan kompetensi sosial dan emosional yang baik, pengelolaan aset sekolah yang melibatkan  faktor biotik dan abiotik akan berjalan lebih bersinergi dan harmonis.

Kondisi yang nyaman dilingkungan sekolah sangat menentukan terwujudnya budaya positif di sekolah. Pemanfaatan aset atau sumber daya yang dimiliki sekolah juga akan memudahkan terlaksananya pembelajaran yang berpusat pada kebutuhan murid. Pembelajaran yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi akan mudah terlaksana jika proses pembelajaran melibatkan segala potensi dan dan sumber daya yang dimiliki. Melalui pendekatan berbasis aset, guru sebagai pemimpin pembelajaran akan mampu melakukan pengambilan keputusan yang berpihak tidak hanya kepada sekolah tetapi juga kepada murid.

Materi pengelolaan aset, banyak ilmu dan pengetahuan baru yang saya peroleh. Tidak dapat dipungkiri, dalam pengelolaan sumber daya dilingkungan sekolah selama ini, pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking). Pendekatan ini memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Tidak jarang kita mendengarkan keluhan-keluhan yang dilontarkan oleh guru sebagai bentuk evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan. Akan tetapi hal tersebut justru menjadikan kita tidak menyadari betapa banyak kekuatan atau potensi yang dimiliki yang dapat dikelola dan dijadikan sebagai kekuatan.  Melalui modul ini, terbangun pemahaman pentingnya mengubah cara pandang kita dalam pengelolaan aset di sekolah. Memanfatkan segala potensi yang dimiliki dalam upaya memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan.

B. . Rancangan Tindakan Aksi Nyata

Latar Belakang

Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar sehingga makna pesan yang disampaikan menjadi lebih jelas dan tujuan pendidikan atau pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Media pembelajaran berfungsi sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa untuk memperoleh pesan dan informasi yang berikan oleh guru sehingga materi pembelajaran dapat lebih meningkat dan membentuk pengetahuan bagi siswa. Oleh karena itu, diperlukan upaya meningkatkan motivasi murid dalam belajar.

Tujuan

Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penggunaan media digital (video pembelajaran) 

Tolok Ukur

  1. Termotivasi mengikuti pembelajaran dengan pemanfaatan media digital.
  2. Murid mudah mengakses media pembalajaran yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga prestasi menjadi lebih meningkat.

        

Dukungan yang Dibutuhkan

  1.       Dukungan dari kepala sekolah
  2.       Wakil Urusan Sarpras
  3.       Guru Mapel




Pendidikan