Sabtu, 18 September 2021

(3.1.a.9 Koneksi Antarmateri) Rangkuman Materi Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 3.1.a.9 Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan

         Ki Hajar Dewantara yang merupakan nama lain dari Soewardi Soerjaningrat merupakan sosok yang tidak bisa kita lepaskan dari sejarah perjalanan panjang pendidikan Indonesia. Pada tahun 1922, KHD mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa yang merupakan cikal bakal lahirnya sistem pendidikan di Indonesia. Menurut KHD pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Sekaitan hal tersebut, Ada tiga  semboyan yang dicetuskan oleh KHD yang dikenal sebagai Patrap Triloka  yang apabila kita maknai serta hayati bersama merupakan akar dan ujung tombak dari peran serta guru dalam menjalankan roda pendidikan nasional. Semboyannya yang dimaksud, yakni tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sung tulada (di depan memberi teladan).

          Dalam menjalankan peran sebagai pemimpin pembelajaran, keputusan yang diambil harus dilandasi semangat Patrap Triloka ini, sehingga keputusan yang diambil dapat berpihak pada murid. Patrap triloka ini menjadi acuan oleh seorang guru dalam bertindak dan mengambil keputusan. Dalam menjalankan peran sebagai guru, sebuah keputusan diambil didasari berbagai pertimbangan logis sehingga keputusan yang diambil tidak hanya tepat tetapi juga membawa manfaat bagi orang-orang yang terlibat dalam keputusan tersebut. 

          Dalam menjalan peran sebagai guru dalam pengambilan keputusan, terkadang kita diperhadapkan pada situasi dilema. Kondisi yang dihadapi dapat saja berupa dilema etika ataupun bujukan moral yang tidak jarang membuat seorang guru bingung dalam mengambil keputusan. Dalam kondisi tersebut, ada sembilan langkah dalam pengambilan keputusan sebagai upaya menghasilkan keputusan yang baik yang dapat dilakukan, mulai 1) mengenali nilai yang bertentangan, 2)menetukan siapa pihak yang terlibat, 3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, 4) pengujian benar-salah, 5) pengujian paradigma benar lawan benar, 6) melakukan prinsip resolusi, 7) investigasi opsi trilema, 8) membuat keputusan, dan terakhir 9) meninjau ulang keputusan dan merefleksikannya. Tentunya keputusan yang diambil harus mencerminkan nilai keteladan yang sejalan dengan azas ing ngarsa sung tulada.

          Selanjutnya, Dalam menjalankan perannya, guru pun dapat membantu rekan sejawat atau murid dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab. Pengambilan keputusan dengan menggunakan model TIRTA yang merupakan penjabaran teknik coaching dapat dilakukan oleh seorang guru. Melalui Coaching seorang guru diharapkan dapat menerapkan prinsip ing madya mangun karsa dan tutwuri Handayani. Teknik Coaching dilakukan sebagai upaya menggali potensi yang dimiliki dan menggunakan potensi tersebut dalam memecahkan permasalahan dan membuat sebuah keputusan yang logis dan bertanggung jawab. 

          Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu, peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Dengan menerapkan azas tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Anak murid menjadi merdeka dalam belajar dan menetukan arah dan tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

Sebagai seorang guru, tentunya tidak sedikit tantangan dan kendala yang dihadapi baik dalam upaya menjalankan perannya sebagai seorang pendidik maupun keberadaannya sebagai mahluk sosial. Tidak sedikit guru menghadapi kasus dilema baik dalam bentuk dilema etika maupun dalam bentuk bujukan moral. Oleh karena itu, seorang pendidik harus tampil dengan menunjukkan keteladan dalam mengambil setiap keputusan. Nilai ing ngarso sungtulodo harus tercermin dari setiap keputusan yang diambilnya. Dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan yang didasari  pertimbangan yang matang serta didukung oleh fakta-fakta., keputusan yang diambil akan tepat, dengan begitu akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.

Meskipun tidak dapat dipungkiri, terkadang masih menghadapi kesulitan-kesulitan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika di lingkungan sekolah. Beberapa penyebab munculnya kesulitan dalam pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika adalah budaya dan cara pandang pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang dihadapi.  Adanya kekhawatiran keputusan yang diambil akan berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain, serta keterbatasan wewenang yang dimiliki jika berkaitan dengan keputusan yang berhubungan dengan aturan-aturan sekolah.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang sering dihadapi, yakni 1) Individu lawan masyarakat (individual vs community) 2) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Selanjutnya, prinsip penyelesaian dilema secara umum terbagi tiga, yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Tentunya melalui penentuan resolusi yang tepat akan berdapak baik tidak hanya lingkungan sekolah tetapi juga akan berdampak pada murid. Keputusan yang bertujuan mengantarkan anak mencapai kemerdeakaan dalam belajar, menuntun hidup dan lakunya, dan mengantarkannya mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya tentu akan menjadi titik acuan murid dalam menggapai kesuksesannya di masa yang akan datang.

          Pengambilan keputusan adalah proses atau langkah yang dilakukan untuk menentukan solusi yang tepat atas situasi dilema. Baik dalam bentuk dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang guru tentunya harus dilandasi beberapa pertimbangan yang dijabarkan dalam 9 langkah pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan guru sebagai pemimpin pembelajaran tentunya tidak lepas dari peran, nilai, dan harus didukung dengan kompetensi sosial dan emosional yang baik pula. Dengan demikian, pengambilan keputusan yang dilandasi nilai-nilai tersebut,  diharapkan keputusan yang diambil akan membawa perubahan nyata, sesuai kebutuhan murid sehingga dapat mewujudkan lahirnya Profil Pelajar Pancasila.

Pendidikan