Senin, 11 Mei 2020

Ekologi Sastra dan Budaya



Pengantar

Karya sastra pada hakikatnya adalah tanggapan seseorang (pengarang) terhadap situasi dalam masyarakat sekelilingnya. Karya sastra itu adalah cerminan kehidupan dalam masyarakat, yang diamati oleh pencipta karya sastra yang selanjutnya dibumbui dengan tanggapan dan imaginasi pengarang terhadap kehidupan itu. Andre Hardjana menegaskan bahwa ” Sastra”sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, apa yang telah dialami orang tentang kehidupan, apa yang telah dipermenungkan orang mengenai segi-segi kehidupan yang paling menarik minat secara langsung lagi kuat- pada hakekatnya adalah kehidupan lewat bentuk bahasa (1981 : 10).
Karya sastra merupakan suatu produk ciptaan seorang sastrawan yang berisi pesan pengarang kepada pembacanya. Karya sastra dicipkaan oleh sastrawan tidak hanya untuk dibaca sendiri, melainkan ada ide, gagasan, pengalaman, dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Diharapkan apa yang itu menjadi masukan sehingga pembaca dapat mengambil kesimpulan dan menginterpretasikannya sebagai sesuatu yang dapat berguna bagi perkembangan hidupnya. Hal ini dapat membuktikan bahwa karya sastra dapat mengembangkan kehidupan dan kebudayaan masyarakat.
A. Ekologi Sastra

Ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang organisme dan lingkungannya. Dalam hal ini, ekologi menjadi disiplin ilmu yang mengkaji hubungan timbal balik antara organisme-organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya. Hubungan antara organisme dengan lingkungan tersebut tidak dapat dipisahkan, karena semua organisme pasti memiliki lingkungan tertentu untuk hidup. Organisme tersebut merupakan manusia, hewan, dan tumbuhan (Kuswandi dalam Endraswara, 2016: 82).

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, ekologi turut berkembang dengan munculnya berbagai studi interdisipliner. Menyangkut hal ini, ekologi tidak lagi hanya sebatas kajian tentang ekosistem atau alam, tapi juga digunakan untuk mengkaji bidang lainnya termasuk bidang sastra. Ilmu ekologi dan sastra dapat sejalan, karena sastra dapat mengungkap suatu peristiwa yang melibatkan lingkungan sekitar sebagai objek kajiannya (Sugiarti, 2017: 111).

Ekologi sastra merupakan ilmu ekstrinsik sastra yang mendalami masalah hubungan sastra dengan lingkungannya (Endraswara, 2016:5). Ilmu ekstrinsik sastra berarti ilmu pengetahuan yang berada di luar ilmu sastra, atau tidak berkaitan dengan ilmu sastra. Dalam hal ini, ilmu di luar sastra tersebut merupakan ilmu ekologi yang bersangkutan dengan hubungan organisme dengan lingkungannya. Namun demikian, secara tidak langsung ilmu ekstrinsik yaitu ekologi tersebut turut membengaruhi karya sastra, karena karya sastra juga mengkaji suatu peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai objek kajian di dalamnya.

Ekologi sastra adalah studi mengenai pedoman yang berkaitan dengan menulis dan membaca yang menggambarkan serta mempengaruhi interaksi makhluk hidup dengan alam sekitar pada sebuah karya sastra. Hal ini sejalan dengan Endraswara (2016: 90) yang berpendapat bahwa ekologi sastra merupakan studi yang berkaitan dengan cara-cara mengenai membaca dan menulis baik mencerminkan serta mempengaruhi interaksi manusia dengan alam.

Ekologi sastra merupakan kajian interdisipliner yang membahas masalah dari sudut pandang ekologi dan sastra. Kedua disiplin ilmu tersebut digunakan untuk mengkaji hubungan antara makhluk hidup atau manusia dengan lingkungannya. Hal tersebut saling berkaitan, karena setiap karya sastra pasti memiliki suatu peristiwa yang melibatkan lingkungan sekitarnya. Banyak ragam kajian yang dapat dimanfaatkan guna membedah sebuah karya sastra. Dalam kaitannya dengan karya sastra, ekologi dipakai dalam pengertian beragam. Pertama, ekologi digunakan dalam pengertian yang dibatasi oleh konteks alam. Kedua, ekologi digunakan secara luas, termasuk budaya (Endraswara, 2016: 33). Dalam hal ini ekologi dalam karya sastra seringkali digambarkan melalui budaya tertentu suatu daerah. Budaya yang ada ikut mempengaruhi keadaan lingkungan dan sastra, sehingga muncul ekologi budaya.

B. Ekologi Budaya

Kebudayaan menjadi permasalahan pokok dalam lingkungan budaya. Hal ini terjadi sebab budaya memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan, budaya telah menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, terdapat unsur-unsur kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (dalam Djamali, 2002: 2) yang menjelaskan bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaann universal. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, serta sistem teknologi dan peralatan.

Unsur-unsur kebudayaan sangat berpengaruh terhadap lingkungan masyarakat yang ada di sekitarnya, sebab kebudayaan hadir serta berkembang berkat adanya interaksi masyarakat yang ada di dalamnya. Hal ini sejalan dengan Hofstede (dalam Koesmono, 2005: 167) yang berpendapat bahwa budaya merupakan berbagai interaksi dari ciri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi kelompok-kelompok orang dalam lingkungannya. Oleh sebab itu, lingkungan budaya dapat dinyatakan memiliki bentuk yaitu lingkungan interaksi masyarakat yang mengadaptasi nilai-nilai religi, lingkungan interaksi masyarakat yang mengkreasikan kesenian, dan lingkungan interaksi masyarakat yang mengadopsi mata pencaharian hidup tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan