Selasa, 19 Mei 2020

Seperti Apa Guru Masa Depan ...?


Oleh Iskandar

Beberapa hari terakhir, profesi guru dikagetkan oleh pernyataan salah seorang pengamat dan praktisi pendidikan abad 21, Indra Charismiadji. Sebuah penyataan yang yang memunculkan pro dan kontra dari berbagai kalangan. Indra menyoroti kualitas guru di Indonesia sebagai hulu rendahnya capaian atau kualitas pendidikan.

Dikutip dari http://berita.upi.edu/ Indra Charismidji mengatakan, “Bagaimana bisa maju pendidikan kita kalau guru di Indonesia antikritik, maunya gaji besar, tetapi kualitasnya rendah…” Tentu saja pernyataan terebut menuai kritik yang didominasi dari kalangan guru. Pernyataan ini dianggap menyakiti perasaan guru. Hal terssebut tentunya memunculkan pertanyaan, benarkah semua guru kondisinya sama dengan yang disampaikan? Secara jujur, pernyataan dari Indra ada benarnya juga meski tidak harus dalam bentuk generalisasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Prof.Dr.Cecep Darmawan, guru besar dan pengamat kebijakan publik UPI, yang mengatakan bahwa apa yang disampaikan Indra Charismiadji tidak sepenuhnya benar dan pernyataan tersebut tidak efektif menyasar entitas guru. Menyimpulkan guru antikritik, maunya gaji besar dan kualitasnya rendah bagai memukul nyamuk yang ada di pipi bayi dengan pentungan. Cecep Darmawan melanjutkan jika yang dibutuhkan saat ini adalah bukan hanya kritik, tetapi juga harus disertai dengan solusi dan tentunyaa karya nyata.

Sekaitan dengan kasus tersebut, marilah kita melihat langsung kelapangan, tak dapat dipungkiri jika memang kita masih menemukan sebagian guru memiliki kompetensi yang terbatas terhadap penggunaan teknologi dalam menunjang pelaksanaan pembelajaaran. Pada kondisi riil dilapangan, masih ditemukan guru yang tidak mampu mengoperasikan komputer. Jika kecakapan dasar ini tidak dikuasai oleh seorang guru, kemampuan lain, seperti penyusunan bahan ajar, media pembelajaaran berbasis IT, tambahan sumber belajar dan kebutuhan penunjang yang lain tentunya tidak akan mampu pula dilakukan.

Di era teknologi 4.0, guru dituntut untuk menguasai kompetensi tidak hanya materi ajar tetapi juga penguasaan teknologi. Guru tidak bisa hanya berpangku tangan dan puas dengan kemampuan yang dimiliknya. Menurut Dr. Abd. Rahman Rahim (2020), guru harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa memiliki sikap kemandirian, perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam menghadapi tantangan, tuntutan kehidupan sehari-hari. Tentunya kemampuan ini hanya dapat dicapai jika guru senantiasa mengembangkan kompetensi yang dimiliknya. Guru seperti inilah yang dsebut dengan guru masa depan.

Guru masa depan inilah yang disebut guru profesional yaitu guru dengan semangat tinggi, selalu memiliki inisiatif, gigih, tidak putus asa dan tidak gampang menyerah. Dengan sosok kekiniannya, seorang guru harus manjadi manusia yang dinamis dan berfikir ke depan(futuristic) dengan tanda-tanda dimilikinya sifat informatif, modern, bersemangat, dan komitmen untuk pengembangan individu maupun bersama-sama. Guru diharapkan benar-benar mampu mengajak siswanya siap dalam menghadapi tantangan zaman.

Guru masa depan harus mampu melakukan penilaian secara komprehensif, penilaian tidak hanya bertumpu pada aspek kognitif atau pengetahuan saja. Namun penilaian yang dilakukan oleh guru harus mampu mengakomodasi keunikan dan keunggulan para peserta didik. Guru masa depan harus mampu merancang instrumen penilaian yang menggali semua aspek baik pengetahuan, keterampilan dan karakter. Selain perancangan instrumen penilaian, guru masa depan pun harus mampu membuat laporan penilaian yang menggambarkan keunikan dan keunggulan setiap siswa.

Saat ini, bangsa kita, masyarakat kita, membutuhkan guru-guru yang mampu mengangkat citra dan marwah pendidikan yang telah terpuruk. Kehadiran guru kraetif atau guru masa depan dengan bertindak sebagai fasilitator, pelindung, pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan sekolah), termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk mengalami perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk belajar, menguasai materi, kelas, dan teknologi menjadi kebutuhan yang tidak bisa lagi ditunda jika kita ingin melihat kualitas pendidikan kita semakin baik.

Sebagai kesimpulan, guru masa depan harus mampu melakukan autentic learning yang inovatif dan memiliki kecakapan menghadapi kemajuan teknologi untuk melahirkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai zamannya. Untuk mencapai hal tersebut, ada 3 aspek penting yang harus menjadi perhatiaan oleh seorang guru. Pertama, Karakter; baik karakter yang bersifat akhlak maupun karakter kinerja. Kedua Keterampilan; keterampilan yang perlu dimiliki pada era ini antara lain kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Ketiga, Literasi, kompetensi abad ini mengharuskan kita melek dalam berbagai bidang, tidak hanya literasi baca-tulis tetapi juga kecakapan literasi yang lain, seperti, literasi digital, literasi sains, literasi kewarnegaraan dan kebudayaan, dan literasi finansial. Jika ketiga aspek tersebut telah dijabarkan dengan baik, seorang guru telah mampu menjawab tantangan kemajuan pendidikan saat ini dan sebagai bekal dalam mempersiapkan anak didik menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan